🎊 Belajar Diwaktu Kecil Bagaikan Mengukir Diatas
24 Belajar di waktu kecil bagaikan mengukir di atas batu. Belajar sesudah besar bagaikan mengukir di atas laut. 25. Berpikirlah tentang ciptaan Allah, jangan berpikir tentang Dzat Allah 26. Takwa kepada Allah adalah sumber kebahagiaan. Menuruti hawa nafsu adalah sumber kecelakaan. 27. Mahkota harga diri itu adalah rendah hati 28.
Yah tentu saja saat kita masih kecil, hal utama yang kita lakukan adalah bermain dengan teman sampai sore hari. Nah, kembali ke kata bijak belajar di waktu kecil bagai mengukir di atas batu, sudah saatnya kita melek pendidikan untuk anak - anak kita, mulai dari mendaftarkannya di PAUD, TK, SD, SMP, SMA serta pendidikan yang lainnya.
Belajar diwaktu kecil bagaikan mengukir diatas batu, belajar setelah dewasa bagaikan mengukir diatas air " Dari kecil lah hendaknya manusia belajar karna diwaktu kecil ingatan seseorang masih kuat dan siap untuk menerima pelajaran, sedangkan setelah dewasa daya ingat seseorang semakin lemah karna semakin banyak yang di fikirkan dan
Belajarpada waktu kecil bagaikan mengukir diatas batu. Belajar pada waktu tua bagaikan mengukir diatas air. Pepatah itu memberi gambaran bahwa belajar di waktu kecil sangat membekas. Sedangkan belajar di waktu tua seperti mengukir diatas air, artinya bekasnya cepat sekali hilang. Oleh karena itu mulai sekarang selagi masih kecil,giatlah
TikTokvideo from habawahyuni (@habawahyuni): "belajar di waktu kecil bagai mengukir diatas batu#anak MI nurul islam#santri nuris keren#belajar sholat dhuha". suara asli - habawahyuni.
Danbelajar diwaktu kecil bagaikan mengukir diatas batu. Begitu sulitnya seseorang mengukir batu, tapi bila sudah nampak terukir, maka bertahun-tahun masih saja membekas dan tidak akan hilang. Beda dengan belajar di waktu dewasa, bagai mengukir di atas air. Kita tahu bahwa mengukir di atas air begitu mudahnya, akan tetapi tidak ada bekasnya.
Belajar di Waktu Kecil Bagaikan Mengukir diatas Batu" Total Tayangan Halaman. Popular Posts. SUMBER DAYA ALAM ( IPS (KD 3.1) ) ENERGI . TEMA 1 BAHASA INDONESIA KELAS 4. Pengikut. Blog Archive
Sebagaimanasebuah ungkapan mutiara yang mengatakan, "Belajar di waktu kecil seolah mengukir diatas batu. Sedangkan belajar setelah dewasa bagaikan mengukir di atas air." Dalam pengertian ini, jauh lebih mudah bagi orangtua untuk mengajarkan berbagai ilmu pengetahuan kepada anak sejak usia dini atau masih berusia sangat muda.
Belajar diwaktu kecil, bagai mengukir diatas batu" kau bagaikan artis dalam layar kaca Mas, begitu sulit untuk aku jangkau. aku hanya bisa menonton aksimu saja tanpa pernah bisa kuraba,. ingatanmu akan sosok Kinanti telah benar-benar kau lupakan.
Belajardi waktu kecil bagai mengukir di atas batu, sedangkan belajar di waktu tua bagai mengukir di atas air. Anonim "Barangsiapa belum pernah merasakan pahitnya menuntut ilmu walau sesaat, ia akan menelan hinanya kebodohan sepanjang hidupnya".. - Imam Syafi'i; Pendidikan merupakan tiket untuk masa depan.
ArtiDalam Bahasa Indonesia : Belajar diwaktu kecil itu, bagaikan mengukir di atas batu Huruf Arab : لن ترجع الأيّام التي مضت Cara Bacanya : lan tarji'al ayyamul lati madhot Arti Dalam Bahasa Indonesia : Tidak akan pernah kembali lagi hari-hari yang telah berlalu Huruf Arab : تعلمنّ صغيرا واعمل به كبيرا
Belajardi waktu kecil bagaikan mengukir tato luna maya.. (inget terus) 66. Hilang luna tumbuh cut tari.. 67. Buah jatuh tak jauh dari dadanya.. 68. Hidup itu bagaikan video ariel dan luna, kadang diatas kadang di bawah.. 110. Sudah jatuh, tertimpa tangga, digigit anjing, ditambrak mobil, dihajar massa disangka maling Mampus deh
t3RU. BAGAIKAN mengukir di atas batu, orang-orang yang mendapatkan ilmu dari waktu kecil. Assyaikh Al-Allamah Muhammad Ibnu Shalih Al-Utsaimin rahimahullah menjelaskan bahwa belajar pada masa muda jauh lebih baik daripada belajar di usia senja. Baca Juga Kisah Pedagang Batu Mulia dan Kejujuran Orang Miskin Masing-masing dari yang belajar di masa muda dan dimasa tua terdapat kebaikan. Namun, belajar di masa muda terdapat padanya dua faedah bahkan lebih 1. Bahwa seorang pemuda secara umum lebih cepat hafalannya dibanding seorang yang sudah tua, dikarenakan anak muda pikirannya masih kosong, tidak ada padanya problem yang menuntut dia untuk tersibukkan dengannya. 2. Bahwa setiap yang dihafal oleh anak muda akan tetap menancap, dan setiap yang dihafal oleh seorang yang sudah tua akan terlupakan dengan cepat, oleh karena ini termasuk dari ucapan bijak yang tersebar dikalangan manusia إِنَّ الْعِلْمَ فِي الْصِّغَرِ كَالنَّقْشِ فِي الْحَجَرِ Artinya “Sesungguhnya ilmuyang didapatkan diwaktu kecil bagaikan mengukir diatas batu” Yakni tidak hilang. 3. Bahwa seorang pemuda apabila terdidik dengan ilmu dari awal urusannya, maka jadilah ilmu tersebut seperti tabiat dan karakter baginya. Seakan-akan sudah menjadi naluri yang dia tumbuh diatasnya, maka dia akan tumbuh diatas ilmu tersebut. [Cms] Dikutip dari Alih bahasa Abu Fudhail Abdurrahman Ibnu Umar غفرالرحمن له.
Peran orangtua sangat penting sekali dalam menentukan pendidikan seorang anak terutama dalam pembentukan karakter seorang anak. Karena anak merupakan amanah dan titipan dari Sang Pencipta. Mengingat pentingnya karakter dalam membangun sumber daya manusia yang kuat, maka perlunya pendidikan karakter yang dilakukan dengan tepat. Dapat dikatakan bahwa pembentukan karakter merupakan sesuatu yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan. Maka dari itu terdapat dua nilai utama yang menjadi pilar pendidik dalam membangun karakter kuat untuk anak didiknya yaitu amanah dan keteladanan. Tanamkan Aqidah Salah satu peran penting orangtua pada era modern ini adalah pemenuhan pendidikan karakter berbasis fitrah bagi anak. Pemenuhan pendidikan berlandaskan fitrah seorang manusia merupakan hal terpenting, sebab ia adalah pola penanaman aqidah paling penting bagi anak. Sebagaimana hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam كُلُّ مَوْلُوْدٍ يُوْلَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ أَوْ يُمَجِّسَانِهِ “Tiada seorangpun yang dilahirkan kecuali dilahirkan pada fithrah Islamnya. Kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani atau Majusi.” Muttafaqun alaihi Hadits ini menunjukkan bahwa orang tua sangat menentukan shalih atau tidaknya seorang anak. Sebab pada asalnya setiap anak berada pada fitrah Islam dan imannya; sampai kemudian datanglah pengaruh-pengaruh luar, termasuk benar atau tidaknya orang tua mengelola dan mendidik mereka. Dalam kitab Al Mausu’ah Al Fiqhiyyah Al Kuwaitiyah 13 11 disebuntukan, “Seorang Ayah dan Ibu serta seorang wali dari anak hendaknya sudah mengajarkan sejak dini hal-hal yang diperlukan anak ketika ia baligh nanti. Hendaklah anak sudah diajarkan akidah yang benar mengenai keimanan kepada Allah, malaikat, Al Qur’an, Rasul dan hari akhir. Begitu juga hendaknya anak diajarkan ibadah yang benar. Anak semestinya diarahkan untuk mengerti shalat, puasa, thoharoh bersuci dan semacamnya.” Fitrah Tauhid ketika Lahir Allah Subhaanahu wata’ala menjelaskan bahwasanya Dia telah mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari tulang rusuk mereka seraya mereka bersaksi atas jiwa mereka bahwasanya Allah adalah Rabb dan Pemilik mereka, dan bahwasanya tiada tuhan yang berhak disembah selain-Nya, karena Allah telah menciptakan mereka berdasarkan fitrah tersebut. Allah Ta’ala berfirman, فَأَقِمْ وَجْهَكَ لِلدِّينِ حَنِيفًا ۚ فِطْرَتَ اللَّهِ الَّتِي فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَا ۚ لَا تَبْدِيلَ لِخَلْقِ اللَّهِ ۚ ذَٰلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ وَلَٰكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ “Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; Tetaplah atas fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. Itulah agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” Ar-Rum 3030. Para ulama dalam hal ini bersepakat bahwa yang dimaksud dengan fitrah dalam ayat ini adalah Islam. Para orangtua yang semoga dimuliakan Allah, Anda adalah para pendidik anak-anak anda. Diantara cara mendidik anak adalah anda bisa membekali diri dengan ajaran agama atau parenting modern selama tidak bertentangan dengan syariat. Anda dapat mempelajari kemudian membimbing anak-anak dengan cara yang sesuai. Banyak sekali metode pendidikan untuk anak yang sedang berkembang di era sekarang diantaranya adalah model karakter berbasis fitrah, berbasis masyarakat, home schooling Qur’an, parenting modern, dan sebagainya. Hendaknya sebelum orang tua mendidik anak-anaknya kiranya penting untuk memahami tiga hal Materi yang akan disampaikan adalah materi yang telah dikuasai orang tua. Telah mereka pelajari dan pahami sebelumnya. Pertimbangkan kesesuaian isi materi dengan beberapa hal usia anak, daya-tangkap anak, dan kondisi anak pada saat itu meliputi senang, sedih, marah, atau lelah. Ini sangat penting. Pilihlah metode yang sesuai untuk anak untuk menyampaikan ilmu tersebut. Terkadang satu metode boleh digunakan secara umum contoh mengajarkan adab melalui sirah nabawiyah, menempel huruf Hijaiyah pada dinding. Terkadang pula sebuah metode tepat untuk anak-anak secara umum namun tidak untuk anak tertentu contoh penggunaan flashcard untuk pengenalan huruf Hijaiyah. Mulailah dengan Bertanya Mendidik keimanan anak bisa kita lakukan dengan pemahaman ayat-ayat kauniyah dan ayat-ayat syar’iyah. Ayat-ayat kauniyah sangatlah banyak dan mudah kita beri pemahaman kepada anak. Dan pendidikan yang penting adalah saat anak di rumah dan menjadikan rumah sebagai madrasah belajar pertama seorang anak lewat kedua ortunya. Ada langit dan bumi; bulan dan matahari; daratan dan lautan; musim panas dan hujan; ada tumbuhan dan hewan. Semua merupakan ciptaan Allah ﷻ. Kita berikan pemahaman kepada anak kita dengan bertanya. Siapa yang menciptakan alam semesta ini anakku? Siapa yang meninggikan langit? Siapa yang menjadikan bumi terhampar seperti ini? Siapa yang menumbuhkan tanaman? Siapa yang menciptakan beragam jenis makhluk? Siapa yang mengatur sekarang musim panas dan esok hari musim hujan? Siapa yang menghidupkan hewan di laut dan di darat? Siapa yang menciptakan ada hewan yang terbang dan ada yang berjalan di bumi? Siapa yang menciptakan bunga dengan berbagai warna? Siapa yang menurunkan hujan? Orang tua memberi pertanyaan dengan siapa yang menurunkan hujan dari langit? Apa dampaknya bagi bumi yang terkena hujan? Apabila melihat matahari, kita bertanya, siapa yang mencipta matahari? Kemudian kita jawab, Allah lah yang menjadikan semua itu untuk kebaikan semua makhluk. Ilmu sebelum Amal, Tauhid sebelum Ibadah, dan Usaha Perlu Doa Ingat pula sebelum mengajarkan ayat-ayat Al-Quran yang berbicara tentang amalan, Nabi Shallallahu alaihi wa sallam mempersiapkan para sahabatnya dengan untuk mempelajari tauhid, karena ini adalah perkara yang sangat penting. Mengajarkan kalimat laa ilaha illallah pertama kali pada anak. Di antara pendidikan yang sangat beliau berikan porsi perhatian besar juga adalah tentang mencintai Allah dan Rasul-Nya. Mendahulukan kecintaan pada keduanya melebihi siapapun juga. Berserah diri pada ketetapan Allah dan Rasul-Nya. Karena hal ini sangatlah penting. Tentunya setiap orang menginginkan anak-anaknya menjadi dambaan bagi kedua ortunya, menjadi anak-anak yang shalih dan shalihah. Namun kita sebagai manusia selain perlu berusaha namun juga perlu diiringi dengan mendoakan anak-anak kita. Sebab sebaik-baik usaha yang telah dilakukan adalah diiringi dengan doa’a. Karena hati manusia ini berada di antara dua jari Allah ﷻ. Dan hidayah adalah keutamaan darinya. Tentu, selain doa juga harus ditempuh usaha. Dan inilah yang dilakukan oleh para nabi dan orang-orang shalih. Sebagaimana Nabi Ibrahim alaihissalam, ia berdoa dan berusaha dalam mendidik anak. رَبِّ اجْعَلْنِي مُقِيمَ الصَّلَاةِ وَمِن ذُرِّيَّتِي ۚ رَبَّنَا وَتَقَبَّلْ دُعَاءِ “Ya Tuhanku, jadikanlah aku dan anak cucuku orang-orang yang tetap mendirikan shalat, ya Tuhan kami, perkenankanlah doaku.” Ibrahim 14 40. Marilah kita semua berusaha untuk memberikan pendidikan yang terbaik bagi anak-anak kita sebelum ajal menjemput. Dan satu kata bahwa “menanamkan ilmu di masa kecil bagaikan mengukir diatas batu” maka sudah tentu membutuhkan banyak kesabaran dalam mendidik anak. Allahua’lam bish showab. Ditulis Oleh Ustadz Saryanto Abu Ruwaifi’ Kontributor Alumni STAI Ali Bin Abi Thalib Surabaya, Mahasiswa Pascasarjana Prodi Magister Hukum Islam Kelas Internasional Universitas Muhammadiyah Surakarta. Beliau adalah Alumni STAI Ali Bin Abi Thalib Surabaya, Mahasiswa S2 Magister Hukum Islam – Kelas Internasional Universitas Muhammadiyah Surakarta, Selain itu beliau juga aktif dalam Kegiatan Dakwah & Sosial di Yayasan Tebar Da’i Mukim di Bandungan, Kab. Semarang, Jawa Tengah Read Next November 18, 2022 Ketika “Pintamu” Tak Kunjung Dikabulkan November 16, 2022 Wanita Ketika Islam Datang November 11, 2022 Inilah Hukum Menghina Allah, Al-Qur’an Dan Rasul-Nya November 11, 2022 Ketika “Pintamu” Tak Kunjung Dikabulkan 2 November 9, 2022 Memilih Guru Yang Shalih Untuk Si Buah Hati December 17, 2021 Karena Islam Melarangku Ikut Merayakan Hari Natal! December 14, 2021 4 Hal Yang Menodai Dakwah October 26, 2021 Apa Alasan Rasulullah Puasa Senin Kamis? November 6, 2020 Tidak Ada Kata Terlambat Dalam Belajar November 3, 2020 Al Quran Bisa Menjadi Sebab Pahala atau Dosa, Kok Bisa?
belajar diwaktu kecil bagaikan mengukir diatas